Mesin Diesel produksi saat ini telah menggunakan teknologi commonrail. Sistem kerja mesin commonrail adalah menggunakan katup solenoid elektrik sebagai pengatur injeksi solar sesuai jumlah yang dibutuhkan.
Konsekuensinya adalah mesin commonrail membutuhkan solar dengan angka cetana (cetane number) yang lebih tinggi serta kandungan sulfur yang lebih rendah. Pertimbangannya, jika partikel bahan bakar kontak dengan udara, solar akan sulit terbakar di ruang bakar. kondisi ini akan mengakibatkan penundaan atau jeda pada proses pembakaran yang cukup lama sehingga dapat menyebabkan gejala detonasi (ngelitik) pada mesin diesel.
Semakin tinggi angka cetana semakin baik, karena dapat mempersingkat durasi jeda pembakaran di ruang bakar. Efek ngelitik berkurang, sehingga tenaga mesin tidak berkurang.
Selain itu perlu diperhatikan kandungan sulfur (sulphur content) dalam solar. Mesin diesel commonrail membutuhkan solar dengan kandungan sulfur rendah. Sebab material belerang dapat memicu karat, yang memungkinkan terjadinya penyumbatan di saluran - saluran kecil pada sistem commonrail.
Biodiesel (Pertamina) yang di klaim memiliki kandungan sulfur sekitar 500ppm, dengan angka cetana antara 48 (min) - 51 (max). sedangkan solar produksi shell, kandungan sulfur di dalamnya sekitar 50ppm, dengan angka cetana antara 48 (min) - 52 (max). Bandingkan dengan solar standar yang mengandung sulfur di atas 500ppm, dengan angka cetana hanya 48 (max).
Penggunaan mobil bermesin diesel commonrail saat ini sudah semakin banyak, terutama oleh masyarakat Indonesia yang sering melakukan perjalanan jarak jauh ke luar kota maupun memasuki daerah perkebunan dan pelosok - pelosok di daerah.
Namun seperti yang telah kami bahas sebelumnya bahwa mesin diesel commonrail yang membutuhkan solar dengan kandungan cetana tinggi dan kandungan sulfur yang rendah, maka jenis solar yang direkomendasikan adalah Pertamina Dex ataupun solar Shell.
Tetapi jenis solar Dex maupun Shell sulit ditemukan bahkan tidak tersedia di daerah - daerah lain selain di kota - kota besar di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini jelas menyulitkan bagi pemilik kendaraan diesel commonrail yang berdomisili di luar Jakarta. Yang pada akhirnya kendaraan diesel commonrail anda diisi dengan solar biasa.
Pengisian solar biasa yang mempunyai kualitas rendah ataupun bio diesel pertamina dengan kandungan sulfur di sekitar 500ppm, efeknya akan menyebabkan deposit kotoran yang menyumbat bahkan merusak nozzle injector mesin anda.
Solusi untuk membersihkan nozzle injector adalah dengan melakukan purging setiap interval 10.000km atau berbarengan dengan jadwal penggantian filter bahan bakar.
No comments:
Post a Comment